Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer

Articles

Vol. 3 No. 2 (2023)

Transformasi gebyok Kudus dengan pendekatan hermeneutika dan intertekstualitas

DOI
https://doi.org/10.7454/arsnet.v3i2.83
Published
2023-10-31
Article downloads
213
Submitted
2023-10-01
Accepted
2023-10-21

Abstract

Artikel ini membahas tentang proses transformasi gebyok Kudus sebagai elemen tradisi dan penerapannya pada berbagai konteks. Gebyok Kudus merupakan elemen tradisi Indonesia yang kerap dijumpai pada hunian maupun ruang publik dan telah mengalami penyesuaian dari masa ke masa. Penelitian terdahulu terkait gebyok membahas mengenai ragam hias dan makna, namun kajian mengenai proses transformasi gebyok pada masa lalu dan masa kini belum banyak dibahas. Studi ini menggunakan pendekatan hermeneutika dan intertekstualitas untuk memersepsikan objek kajian dan mengkaji transformasi yang terjadi. Telaah lebih lanjut dilakukan terhadap data objek gebyok Kudus lama maupun baru melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap pemilik rumah, tokoh budaya setempat, dan pelaku industri ukir kayu untuk mengetahui latar belakang sosial budaya perubahan gebyok. Penelitian ini mengidentifikasi proses transformasi dan transposisi gebyok Kudus yang ditunjukkan dengan adanya perubahan wujud, fungsi, makna, dan penempatan. Gebyok Kudus sebagai elemen tradisi yang sarat dengan simbolisme menjadi objek dengan makna yang berbeda secara estetika dan fungsi. Pemahaman ini memperlihatkan evolusi elemen tradisi arsitektur berdasarkan perubahan kebutuhan perancangan dari masa ke masa.

 

This article explores the transformation process of Kudus gebyok as a traditional element based on hermeneutic and intertextuality. Kudus gebyok is an Indonesian traditional element that commonly found in domestic or public space which have adapted from time to time. Previous studies about gebyok have discussed about the various aesthetic and meanings of gebyok, but there is limited discussion on the transformation of gebyok from the past to the present. This study employs hermeneutics and an intertextual approach to explore gebyok as the object of study and its transformation process. Further exploration is done to new and older gebyok through observation, documentation, and interviews with house owners, local cultural figures, and local wood carving craftsmen to understand about the socio-cultural background of gebyok and its changes. This study identifies the transformation and transposition of Kudus gebyok that is demonstrated through changes in its form, function, meaning, and placements. Kudus gebyok as a traditional element is imbued with symbolism into objects with different meanings in terms of aesthetics and usage. Such understanding demonstrates the evolution of traditional architecture based on changes in design needs from time to time.

References

  1. Arifin, Z. (2008). Ragam hias gebyok Kudus dalam kajian semiotika. Suluh: Jurnal Seni Desain Budaya, 19(1), 25–34. https://ejournal.unisnu.ac.id/JSULUH/article/view/690

  2. Arifin, Z. (2014). Perubahan gebyok sebagai kajian budaya masyarakat Kudus. DISPROTEK, 5(1), 1–17. https://ejournal.unisnu.ac.id/JDPT/article/view/112

  3. Ashadi, A. (2010). Jejak keberadaan rumah tradisional Kudus : Sebuah kajian antropologi – arsitektur dan sejarah. NALARs, Jurnal Arsitektur, 9(2), 147–164. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/613

  4. Atani, S. R., Bazrafkan, K., & Raeisi, I. (2018). Intertextual reading of postmodern architecture (Based on historicist postmodern architecture and deconstruction). International Journal of Architectural Engineering & Urban Planning, 28(1), 15–24. https://doi.org/10.22068/ijaup.28.1.15

  5. Bakker, J. W. M. (1992). Filsafat kebudayaan: Sebuah pengantar. Kanisius.

  6. Doriyanto, T. (2020). Gebyok: Ikon rumah Jawa. PT Gagas Berkat Baik.

  7. Hauser, A. (1999). The social history of art (3rd ed.). Routledge.

  8. Helt, M. V. (2003). Manfred Pfister: Konzepte der intertextualität [Lecture notes]. Freie Universität Berlin. https://www.literaturtheorien.uni-wuppertal.de

  9. Kuswarini, P. (2016). Penerjemahan, intertektualitas, hermeneutik dan estetik. Jurnal Ilmu Budaya, 4(1), 39–47. https://journal.unhas.ac.id/index.php/jib/article/view/2323 

  10. Laseau, P. (1980). Graphic thinking for architects and designers. John Wiley & Sons.

  11. Naisbitt, J., & Abdurdene, P. (1990). Megatrends 2000: Sepuluh arah baru untuk tahun 1990-an (F. Budiyanto, Trans.). Binarupa Aksara. 

  12. Nugraha, A. (2012). Transforming tradition: A method for maintaining tradition in a craft and design context [Doctoral dissertation, Aalto University]. Aalto University Learning Centre. 

  13. Rokhmansyah, A. (2014). Studi dan pengkajian sastra perkenalan awal terhadap ilmu sastra. Graha Ilmu. 

  14. Safitri, R. M. N. (2018). Transformasi arsitektur monumen batas kota dalam perancangan mixed-use building sebagai gateway Kota Yogyakarta bagian barat di Kawasan Gamping [Undergraduate thesis, Universitas Islam Indonesia]. DSpace Universitas Islam Indonesia.

  15. Schmidt, L. K. (2006). Understanding hermeneutics. Routledge.

Downloads

Download data is not yet available.